Minggu, 18 September 2022

Uri-Uri Budaya Leluhur, Babinsa Lakukan Pengamanan Kuda Lumping

Banyumas –  Kuda Lumping yang juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa. Keunikan dari kesenian tari ini yaitu adanya unsur mistis. Biasanya para penari mengalami kesurupan, kemudian melakukan atraksi kekebalan dan kekuatan tubuhnya.


Guna memberikan kenyamanan Babinsa Dukuhwaluh Serda Mardin beserta Bhabinkamtibmas Aiptu Teguh S., melaksanakan pengamanan pagelaran budaya tradisional pentas seni kuda kepang yang dilaksanakan oleh paguyuban Klan Satria Loreng pimpinan bapak Sunarto (Ketua Pakem Desa Dukuhwaluh) yang dilaksanakan dilapangan Kalimanggis Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Senin 19/09/2022.

Pada kesempatan itu Danramil 06/Kembaran Kapten Inf Rasto mengutarakan bahwa budaya leluhur seni kuda lumping ini harus tetap dilestarikan, kami TNI-Polri akan tetap mengawal pagelaran ini dalam rangka memberikan rasa nyaman kepada penonton maupun pemainnya.

Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magic, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.

Gerak Tari Kuda Lumping menggunakan volume gerak yang kuat tempo gerak yang cepat, dan penggunakan aksen gerak pada gerak kaki sehingga memberikan kesan yang kuat, dan energik. Gerak Tari Kuda Lumping cenderung menghasilkan gerak yang halus, lembut terkadang gerakannya energik, lincah dan juga kuat.


Tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Kuda adalah simbol kekuatan secara fisik. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Menurut cerita sejarah, tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Pungkasnya. (AuL).